Tiga hari setelah Idul Adha, yang dikenal sebagai Hari Tasyrik, sering kali luput dari perhatian umat Islam. Hari Tasyrik merupakan tiga hari setelah Idul Adha (10 Dzulhijjah), yaitu pada tanggal 11, 12 dan 13 Dzulhijjah. Hari ketiga ini menjadi istimewa dalam Islam, sebab pada saat tersebut umat Islam diperbolehkan untuk menyembelih hewan kurbannya.
Banyak orang yang menganggap ibadah utama telah selesai setelah penyembelihan hewan kurban pada tanggal 10 Dzulhijjah, lalu kembali pada rutinitas duniawi tanpa menyadari bahwa pada tanggal 11, 12 dan 13 Dzulhijjah menyimpan keutamaan yang luar biasa.

Dalam hadits, Rasulullah صَلَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda, “Hari-hari Tasyrik adalah hari makan, minum, dan berdzikir kepada Allah” (HR. Muslim). Yang mana, ini adalah hari-hari penuh dengan rahmat bagi umat Islam untuk memperbanyak takbir, menikmati lezatnya makanan (terutama daging kurban), serta memperkuat hubungan dengan Allah melalui dzikir.
Hari Tasyrik bukan sekedar sisa dari Idul Adha, melainkan kelanjutan dari semangat kurban dalam penghambaan diri kepada Allah SWT. Hari Tasyrik adalah saat dimana umat Islam diingatkan untuk bersyukur atas nikmat yang telah Allah berikan. Jadi, saat daging kurban sudah diolah dan dihidangkan, jangan lupa bahwa tiga hari setelah Idul Adha/Kurban bukan hanya tentang makan. Tetapi juga tentang syukur dan syiar keimanan yang tak boleh padam.
Sebagian besar bahkan mengira sebagai hari-hari biasa, padahal menurut para ulama, hari Tasyrik termasuk dalam hari-hari yang diharamkan untuk berpuasa karena merupakan hari makan dan syukur. Tiga hari ini adalah momen yang tidak boleh dilewatkan begitu saja, karena mereka menjadi pengingat bahwa ibadah dalam Islam tidak berhenti pada satu momentum, melainkan terus mengalir dalam setiap harinya.
Penulis : Viky Anjarwati | Editor: Fahrija Romadhoni